Lingkungan Global
Pilihan Stratejik
Lingkungan
global eksternal memiliki pengaruh yang
sangat besar pada keberhasilan perusahaan. Dengan perubahan-perubahan yang saat
ini terjadi dan makin meluasnya fenomena global, perusahaan menghadapi banyak
tantangan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Kemampuan perusahaan untuk
menerapkan atau mengubah strategi untuk mengkompensasi atau mengambil manfaat
dari perubahan-perubahan akan menciptakan keberhasilan dan bahkan kelangsungan
hidupnya. Dengan kata lain bagaimana perusahaan harus bersikap terhadap setiap
perubahan yang ada agar tidak merugi.
Sebuah
perusahaan membuat keputusan strategis sehubungan dengan lingkungannya. Setiap
keputusan itu disiapkan agar terjadi keterkaitan antara fenomena lingkungan dan
apa yang perlu dilakukan perusahaan dalam mengembangkan arah dasar dari
perusahaan. Perusahaan dapat mengembangkan beberapa sikap strategis dalam
hubungannya dengan lingkungan, yaitu sebagai berikut:
Perusahaan
dapat menerapkan strategi bertahan. Para perusahaan yang ber- status quo
berfokus pada strategi sesuai kompetensi
dari produk tertentu yang sementara ini menjadi andalan. Dan secara
taatasas mempertahankan posisinya di pasar untuk “melawan” para pesaingnya,
pemerintah, dan sebagainya. Misalnya pabrik rokok manual bertahan menghadapi
pesaingnya yang menggunakan alat mesin.
Sebuah
perusahaan dapat menjadi seperti peneliti. Para peneliti selalu mencari
kesempatan pasar yang baru dan agresif mencari upaya untuk mengembangkan produk
dan pasar baru. Misalnya, pada saat harga karet alami sangat tinggi,
ditemukanlah bentuk karet buatan (karet sintetis) dan pasar baru untuk jenis
karet tersebut.
Sebuah
perusahaan dapat menerapkan sikap sebagai analis. Penganalis memiliki
kepribadian yang terbagi-bagi. Mereka memiliki satu produk di pasar yang stabil
dan di pasar yang berubah. Di pasar stabil mereka beroperasi secara rutin,
sedangkan di pasar yang berubah dengan cepatnya mereka memperhatikan para
pesaing dan mengadaptasinya sebisa
mungkin.
Sebuah
perusahaan dapat menjadi pereaksi. Para pereaksi melihat perubahan-perubahan
pokok di lingkungan mereka, tetapi memiliki kesulitan menghadapi perubahan yang
cepat. Namun, mereka cukup siap untuk memenuhi perubahan itu.
Penerapan
profil strategi di atas akan memengaruhi strategi SDM. Para Status Quo
menginginkan secara agresif dari spesialis terlatih di dalam industri untuk
memproduksi dan memasarkannya pada kondisi lingkungan terbatas. Para peneliti
menginginkan jenis orang yang memiliki jiwa wirausaha sekaligus peneliti yang
siap mengambil resiko untuk mengembangkan produk pasar yang baru, sedangkan
penganalisis menilai stabilitas dan inovasi di kalangan karyawan (tergantung
pada di mana para karyawan bekerja) perlu dikembangkan. Sementara para pereaksi
menginginkan karyawan-karyawan yang kurang resisten atau yang siap menghadapi
secara positif terhadap perubahan yang dijalankan perusahaan.
Sumber :
Prof.
Dr. Ir. H. Sjafri Mangkuprawira. Lingkungan Global Pilihan Stratejik. Dalam : http://indosdm.com/lingkungan-global-pilihan-stratejik
Konsep Analisis Binis
dan Lingkungannya
Dewasa
ini apa yang dilalui oleh banyak perusahaan dalam negeri terutama sektor trade dan
bisnis semakin tak menentu semenjak terjadinya krisis ekonomi. Dengan kondisi
internal dan kolapsnya sebagian perusahaan, perhatian terhadap pengaruh
lingkungan ekstern perusahaan bersifat makro menjadi penting yang terdiri dari
gabungan faktor lingkungan perusahaan, baik skala nasional juga global.
Sebagian dampaknya adalah banyak bukti yang pengaruhi datangnya berbagai
kesempatan usaha. Kita sering mendengar bahwa bagaimana perusahaan yang
memiliki sistem organisasi yang baik dengan dukungan misi dan rencana yang baik
pula tidak menjamin sukses dalam urusan profit. Banyak perusahaan ini alami
penurunan dalam usahanya karena kesalahan dalam asumsi pengaruh lingkungan
ekstern tersebut. Di era modern seperti sekarang, pimpinan perusahaan tak dapat
mengabaikan perubahan yang ada di sekeliling mereka, terutama jika mereka ingin
meraih "glorius trade competition" dalam bersaing.
Hebatnya
gejala global pasar dunia yang dipengaruhi langsung oleh berbagai trade
liberalitation di South Asia, membuka kesempatan usaha bagi produsen domestik
dan investor. Meluasnya organization network secara global sebelum terjadinya
krisis perekonomian dunia, terbukti memberikan berbagai kesempatan usaha bagi
perusahaan swasta dalam negri membentuk kerjasama usaha patungan seperti franchaise.
Dapat
dilihat bahwa bagaimana perubahan lingkungan ekstern yang berjalan dengan
cepat, seperti serbuan militer Amerika Serikat ke Irak, kemudian dalam sekejap
menghancurkan keunggulan bersaing satu negara dalam pola trade antar negara di
dunia. Pengaruh buruk dampak lingkungan eksternal kadang-kadang bersifat
terselubung, dan dengan kejamnya merenggut kedudukan keunggulan persaingan
beberapa perusahaan domestik yang berskala kecil dan menengah. Tanpa disadari
berbagai perubahan issue nonekonomi, seperti peristiwa bom Bali, telah
mengganggu pencapaian kinerja perusahaan di Indonesia dalam jangka pendek.
Dengan latar belakang ini saya mengklaim suatu pemikiran konsepsual para
mahasiswa dapat melakukan kajian Analisis Lingkungan Bisnis. Pendekatan bahasannya
adalah menggunakan peralatan analisa ilmiah. Misalnya Hoax membagi jenis
pengkajian lingkungan usaha menjadi beberapa komponen analisis yang meliputi
analisis komponen ekonomi, kondisi pasar, teknologi, sumber daya manusia,
politik, aspek sosial dan analisis faktor lingkungan hukum. Buku Hitt dan
kawan-kawan (1995) membaginya menjadi lingkungan umum (general environment) dan
lingkungan industri (industrial environment). Lingkungan umum terdiri dari
berbagai elemen yang terdapat di masyarakat yang diperkirakan dapat
mempengaruhi kondisi dan struktur usaha dari kegiatan industri atau bahkan
mempengaruhi secara langsung kinerja perusahaan firma dalam memperoleh
pendapatan. Dari kajian berbagai jenis lingkungan luar tersebut kita dapat
mengelompokannya kedalam dua faktor utama: faktor lingkungan ekonomi, faktor
lingkungan ekonomi meliputi segala kejadian atau permasalahan penting di bidang
perekonomian nasional yang dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan hidup
dari suatu perusahaan. Faktor ini meliputi juga kondisi perekonomian
internasional dan perkembangan pasar suatu masyarakat perekonomian. Faktor
lingkungan ekonomi nasional mencakup antara lain berbagai program pembangunan
dan kebijakan pemerintah di bidang perekonomian serta arah dan target agregat
ekonomi makro. Faktor lingkungan non ekonomi. Faktor lingkungan non-ekonomi
merupakan peristiwa atau isu yang menonjol di bidang politik, keamanan,
kehidupan penduduk, aspek sosial dan aspek budaya yang mempengaruhi roda
kehidupan berusaha suatu perusahaan. Dalam prakteknya faktor-faktor ekonomi dan
non-ekonomi yang tidak dapat dikendalikan oleh pimpinan perusahaan sangat luas
dan banyak ragamnya. Sehingga hal ini kadang-kadang membingungkan kita untuk
dapat mengamatinya dengan baik . Pada bahasan ini kami mengelompokan berbagai
ragam lingkungan eksternal ini menjadi 3 dimensi lingkungan eksternal
perusahaan.
(1)
Klasifikasi Dimensi Lingkungan Eksternal Kegiatan Usaha Perekonomian Global dan
Kerjasama Internasional (Ekonomi)
(2)
Pembangunan dan Perekonomian Nasional (Ekonomi)
(3)
Demografi, Sosial dan Budaya (Non-Ekonomi)
Perekonomian
Global dan Kerjasama Internasional Lingkungan eksternal perusahaan yang
letaknya paling luar (remote) meliputi perkembangan perekonomian makro di
negara maju, perkembangan kluster bisnis perusahaan dunia dan berbagai
perjanjian internasional yang penting yang telah diratifikasi oleh kelompok
negara industri dan negara berkembang di dunia. Kegiatan operasional perusahaan
domestik dan swasta asing di Indonesia tidak dapat melepaskan dirinya dari
kondisi dan perkembangan perekonomian global dan regional yang terjadi di
kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
Setiap
perubahan yang terjadi di perekonomian negara industri utama, seperti Amerika
Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, Perancis dan negara besar lainnya akan selalu
mempengaruhi gerak perekonomian di negara kita. Sebagai eksportir produk
pertanian dan industri ke negara-negara tersebut, dampak kekuatan perekonomian
global sangat terasa pada kemampuan dan keunggulan bersaing produk ekspor yang
berasal dari negara kita.
Hal
ini beralasan karena perekonomian Indonesia yang bersifat terbuka. Sejak masa
pemerintahan Orde Baru, pengusaha Indonesia banyak yang telah memperoleh
berbagai kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah. Hal ini mencakup perintisan
pembukaan perjanjian perdagangan dengan para mitra dagang; pemberian sistem
insentif dalam kegiatan pemasokan bahan baku dan barang modal secara global
(multisourcing); membuka usaha patungan dan mengundang partisipasi modal asing
untuk memenuhi kebutuhan pendanaan di dalam negeri. Perekonomian yang sifatnya
terbuka ini disamping memberikan manfaat positif bagi perkembangan dunia usaha,
sebaliknya dapat memberikan pengaruh lingkungan eksternal yang negatif.
Pengaruh
yang negatif ini dalam banyak hal berupa ancaman dan dampak yang merugikan pada
kinerja perusahaan. Sebagai contoh, krisis perekonomian global akan
mempengaruhi stabilitas nilai tukar suatu negara. Kemudian pada gilirannya jika
tidak dapat dikendalikan akan membawa efek berantai pada kemelut krisis ekonomi
dan akan akan meningkatkan risiko negara dan resiko kredit perbankan.
Rincian
faktor-faktor perekonomian global yang perlu selalu kita amati dengan seksama
dan secara rutin dapat dilihat pada Kotak
Isu
pertama yang banyak didiskusikan dan memiliki pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang yaitu globalisasi pasar. Globalisasi membuat paradigma berusaha banyak
berubah dan bergejolak. Isu berikutnya adalah masalah mengantisipasi datangnya
siklus bisnis, kenaikan harga minyak bumi dan harga komoditi, perubahan
strategi pembangunan, selera konsumen dan berbagai kebijakan pemerintah yang
penting.
Faktor-Faktor
Perekonomian Global yang Harus Dimonitor
1.
pasar Global
2.
Siklus ekonomi
3.
harga minyak
4.
harga komoditi komoditi pertanian dan barang olahan industri
5.
Perubahan program pembangunan ekonomi
6.
Perubahan selera dan permintaan musim
7.
Isu dan perkembangan Kebijakan ekonomi
Globalisasi
Pasar Globalisasi pasar merupakan gejala dunia yang perlu diikuti. Misalnya :
penyatuan Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community) pada tahun
2000, terbukti telah mempengaruhi kekuatan negosiasi isu perdagangan dan
investasi dari negara anggota EEC dengan Negara Sedang Berkembang. Dalam banyak
kasus hasilnya cenderung merugikan di pihak terakhir. Bentuk kerjasama
perekonomian lainnya antara lain, Asosiasi Kelompok Produsen Minyak Bumi
(OPEC), kerjasama Perekonomian Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) dan
kerjasama Perekonomian Negara-Negara Asia Pasifik (APEC) .
Kluster
kerjasama mereka telah mendorong dan membuat pasar barang, jasa, dan keuangan
semakin luas (globalise) dengan pengurangan berbagai hambatan (borderless)
dalam birokrasi perijinan, dan lalulintas modal, pekerja dan tranfer teknologi.
Globalisasi pasar internasional sekarang ini cenderung meluas, menjadi rumit
dan sulit dilacak. Proses ini terjadi sedemikian cepat dengan kecenderungan
aksi dari berbagai perusahaan raksasa multinasional (MNCs) dan dunia (global
firms) mengadakan strategi usaha melalui integrasi, merger maupun kegiatan
usaha patungan dengan melintasi batas-batas teritorial antar negara.
Kepentingan
bisnis mereka secara keseluruhan seringkali mengalahkan kepentingan dari
perusahaan-perusahaan cabang yang mereka miliki maupun kepentingan partner
dagang di negara berkembang. Globalisasi pasar disamping memberikan dampak
positif, tidak jarang menghasilkan pengaruh yang negatif untuk perekonomian
Indonesia, perkembangan perusahaan menegah dan kecil dan keunggulan bersaing di
sektor ekonomi atau industri tertentu. Siklus Kegiatan Bisnis Siklus kegiatan
usaha (business cycle) pada tingkat internasional perlu dipelajari dan diamati
pergerakannya karena memiliki pengaruh pada permintaan dunia, dan perkembangan
perekonomian negara berkembang seperti Indonesia, India dan China.
Perekonomian
dunia pada masa depressi (tahun 1920-1930) akibat kejadian perang dunia
pertama. Peristiwa perang serupa telah mengakibatkan ekonomi booming seperti
pada saat perang dunia kedua (1940-1945) dan perang Korea tahun 1950an. Dalam
kasus ini biasanya permintaan barang dan jasa yang terkait dengan kejadian
perang dapat merangsang peningkatan produksi dunia, seperti halnya produksi
karet alam, biji besi dan peralatan komputer.
Perang
teluk sebagai reaksi invasi Irak ke Kuwait menyumbangkan pengaruhnya terhadap
resesi ekonomi dunia, khususnya dimulai dengan negara Amerika Serikat pada
tahun 1990. Disamping ketidakstabilan politik internasional, siklus kegiatan
usaha dapat dipengaruhi oleh penemuan-penemuan (komputer, robot dan
sebagainya), tingkat inflasi, pengeluaran pemerintah yang cukup besar, dan
kepanikan pasar modal dunia (Wall Street) atas kejadian-kejadian pada tingkat
internasional. Perang Irak oleh Amerika Serikat pada April 2003 telah
menghasilkan berbagai skenario kemungkinan melemahnya perekonomian
negara-negara maju .
Siklus
kegiatan usaha dapat dibuat untuk dunia, kawasan ekonomi, negara dan atau untuk
kegiatan usaha di kluster industri tertentu. Indikator yang biasa digunakan
perkembangan value added, indeks produksi, indeks harga saham atau indikator
gabungan lainnya. Ketidakpastian usaha biasanya akan meningkat pada saat siklus
ekonomi mengalami penurunan (recession), yaitu misalnya saat kita memasuki abad
millineum, dan kemudian menjadi optimis pada saat siklus ekonomi meningkat
(booming).
Harga
Minyak Bumi Gejolak harga minyak bumi dunia sangat mempengaruhi posisi keuangan
dan likuiditas perekonomian negara Indonesia. Secara mikro, harga minyak bumi
dapat mempengaruhi biaya produksi sebagian besar perusahaan yang menggunakan
BBM. Seperti diketahui, anggaran belanja negara kita disusun berdasarkan asumsi
harga minyak bumi yang diperoleh. Jadi adanya peningkatan harga minyak tersebut
otomatis akan mempengaruhi peningkatan surplus penerimaan negara. Perubahan
kebijakan dan arah alokasi pengeluaran pembangunan sebagai dampak dari kenaikan
harga tersebut perlu selalu diamati.
Bagi
perusahaan, perubahan harga minyak bumi akan mempengaruhi perubahan dalam biaya
perjalanan, biaya pengangkutan, biaya bahan baku impor, biaya listrik dan biaya
hidup karyawan. Lingkungan Ekonomi Global Lainnya Lingkungan perekonomian
global lainnya yang perlu diperkirakan pengaruhnya terhadap lingkungan bisnis
mikro perusahaan di Indonesia mencakup pengeluaran pembangunan di negara maju,
perubahan selera/permintaan serta perubahan kebijakan global seperti nilai
tukar dari beberapa mata uang asing yang mendominasi pasar uang internasional.
Pola pengeluaran pembangunan seperti di Amerika Serikat, yang cenderung
mengarah pada neraca anggaran defisit akan mempengaruhi nilai tukar US dollar
terhadap mata uang lainnya. Kita telah mengamati jatuhnya nilai tukar dollar
Amerika terhadap Yendaka dalam periode 1994-95, mencapai nilai tukar dibawah 90
Yen per dollarnya. Disamping itu perlu diamati ke arah mana anggaran belanja
pemerintah tersebut dikeluarkan, karena hal ini dapat mempengaruhi pola
permintaan barang-barang impor yang berasal dari negara berkembang. Apabila
pengeluaran pembangunan ini diikuti pula dengan partisipasi produksi pihak
swasta maka tingkat pertumbuhan perekonomian dapat meningkat.
Perkembangan
ini biasanya akan diikuti dengan perkembangan di sektor konstruksi, real estate
dan industri berteknologi maju, sehingga impor bahan baku dan barang-barang
input lainnya dari negara sedang berkembang akan meningkat. Permintaan barang
dan jasa di negara maju, khususnya barang-barang mewah, dapat berubah dengan
bergesernya selera dan pola hidup masyarakat di negara tersebut. Beberapa
kegiatan perekonomian yang akan terpengaruh oleh perubahan iklim yang terjadi
setiap tahun secara spesifik di wilayah geografis suatu perekonomian, meliputi
permintaan bahan bangunan, pakaian jadi dan kegiatan pariwisata.
Akhirnya,
pada era globalisasi nilai tukar mata uang asing cenderung berfluktuasi
terutama mata uang dollar, yendaka, poundsterling, deutchmark dan mata uang
asing utama lainnya. Faktor penyebab fluktuasi nilai tukar mata uang ini adalah
ketimpangan neraca perdagangan dari dua negara (bilateral), politik anggaran
defisit, perkembangan pertumbuhan ekonomi dan ancaman konflik politik
internasional. Sampai saat ini lembaga keuangan international IMF tidak sanggup
untuk menciptakan stabilitas nilai tukar tersebut, mengingat sebagian besar
kendali stok uang internasional berada ditangan para pemilik modal global.
Implikasi ketidakstabilan nilai tukar mata uang ini bagi manajemen keuangan
perusahaan-perusahaan eksportir adalah faktor ketidakpastian dalam
memperkirakan arus pendapatan maupun arus biaya dalam satu periode tertentu.
Tentunya pemakaian jasa konsultan manajer keuangan internasional sangat
disarankan untuk menghindari risiko kerugian dari salah perhitungan kurs
tersebut.
Kebijakan
global yang paling akhir dan diperkirakan akan mempengaruhi kinerja perusahaan
publik dan swasta di Indonesia adalah komitmen negara kita dan negara anggota
lainnya untuk menjalankan kesepakatan GATT yang dicapai pada Putaran Uruguay di
Marrakesh, Marocco pada tanggal 15 April 1994. Perjanjian GATT sebenarnya
memberikan peluang pasar yang lebih besar bagi Indonesia, khususnya untuk para
eksportir yang melempar produk ekspornya ke negara maju dan negara berkembang
lainnya. Tetapi dalam hal ini Indonesia harus memberi konsesi bagi
negara-negara lain untuk masuk ke pasar domestik kita.
Dalam
hal bidang tekstil dan pakaian jadi, pada awalnya dampak persetujuan GATT tidak
akan terlalu terasa karena penghapusan kuota masih relatif kecil. Pada tahap
akhir, Indonesia akan memasuki era persaingan secara terbuka dan pengusaha
domestik harus waspada terhadap serbuan negara lain.
Undang-Undang
anti dumping sudah harus dirumuskan oleh Indonesia sesuai dengan kesepakatan.
Demikian pula perusahaan-perusahaan domestik yang memperoleh subsidi dan
perlindungan sudah harus siap bertanding sejajar di kancah persaingan global
tanpa proteksi. Persaingan di kandang sendiri akan segera menjadi realitas
dengan disepakatinya ketentuan liberalisasi perdagangan di bidang jasa (GATS).
Perundingan-perundingan
untuk menuju proses tersebut mengalami kemajuan di beberapa kali pertemuan di
Doha. Beberapa tahun ke depan perusahaan, konsultan dan pekerja asing di bidang
jasa pendidikan, perbankan dan lembaga keuangan asing akan semakin terbuka di
Indonesia. Perkembangan ini perlu diantisipasi oleh perusahaan lokal di
industri tersebut dan diperhitungkan dampak positif dan negatifnya pada tiga
aspek internal perusahaan di atas.
Pembangunan
dan Perekonomian Indonesia Kinerja suatu perusahaan akan sangat dipengaruhi
oleh kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, moneter, fiskal, perdagangan dan
investasi. Perkembangan ekonomi di negara berkembang, seperti halnya di
Indonesia dipengaruhi juga oleh ketajaman visi, misi dan strategi pembangunan
yang dijalankan oleh rezim pemerintahan. Dalam memonitor gejolak perekonomian
nasional tersebut karena faktorfaktor ini secara langsung dapat mempengaruhi
realisasi pencapaian target bisnis plan, mutu business process dan pencapaian
tolok ukur kinerja perusahaan secara berkelanjutan (sutainabled operation).
Secara singkat, tingkat kesehatan perekonomian nasional itu sendiri banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor atau indikator ekonomi utama.
Indikator
Ekonomi Utama Yang Menggambarkan Tingkat Kesehatan Perekonomian
1.
Tingkat Inflasi dan Harga Kebutuhan Pokok dan BBM
2.
Tingkat Bunga Simpanan dan Kredit
3.
Defisit atau Surplus Neraca Perdagangan
4.
Anggaran Belanja Pemerintah
5.
Tingkat Tabungan Perusahaan/Perseorangan
6.
Pendapatan Nasional / Daerah dan Daya Beli Konsumen
Tingkat
inflasi merupakan variabel ekonomi terpenting yang secara langsung mempengaruhi
kondisi daya beli konsumen dan struktur biaya produksi perusahaan. Keduanya
akan mempengaruhi kalkulasi perolehan laba di suatu kluster usaha atau satu
perusahaan tertentu. Disamping itu tingkat inflasi dapat mempengaruhi kalkulasi
pembayaran pajak dari perusahaan. Sedangkan perkembangan tingkat bunga perlu
selalu dimonitor oleh perusahaan mengingat variabel ekonomi utama ini merupakan
landasan atau barometer bagi kegiatan layak atau tidak layaknya suatu usaha
(venture) dijalankan. Kemudian variabel lainnya yang perlu dimonitor adalah
anggaran belanja pemerintah.
Dunia
bisnis di Indonesia pada umumnya sangat terkait dengan kegiatan investasi dan
pola pengeluaran pembangunan pemerintah Indonesia, karena kegiatan investasi
pemerintah acapkali dapat mempengaruhi kinerja perusahaan domestik pada
bidang-bidang usaha tertentu. Kegiatan perdagangan luar negeripun di hampir
sebagian negara di dunia, termasuk di Indonesia, telah mengambil perannya yang
penting dalam memperkokoh perdagangan perekonomian internasional nasional.
Adanya peningkatan kegiatan laju secara langsung telah mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi nasional.
Lebih
lanjut peningkatan volume kegiatan ekspor disamping akan menambah devisa negara
juga secara tidak langsung akan mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi pada
kegiatan lanjutan di dalam negeri, khususnya dalam bidang pengelolaan kegiatan
ekspor dan impor.
Disamping
mengevaluasi perkembangan keempat variabel agregat di atas, pengusaha swasta
nasional masih perlu selalu memonitor dan mengevaluasi dampak dari faktor
ekonomi lainnya.
Indikator
Ekonomi Lainnya yang dicermati adalah sebagai berikut :
(1)
Deregulasi maupun regulasi pemerintah di sektor riil.
(2)
Restrukturisasi pasar modal, lembaga perbankan dan asuransi
(3)
Berbagai kebijakan promosi ekspor, investasi dan perdagangan dalam negeri
(4)
Upaya penyehatan BUMN melalui kebijaksanaan perencanaan, efisiensi dan
permodalan, dan program privatisasi
(5)
Kebijakan moneter dan perbankan.
Berbagai
Isu non ekonomi dalam Bisnis Isu non-ekonomi utama yang perlu mendapatkan
perhatian para pimpinan perusahaan cukup banyak ragamnya. Menurut penulis jenis
ragam isu ini akan terus bertambah, mengingat kondisi dan perkembangan
perekonomian negara kita yang masih akan bergejolak. Pengelompokan isu non-
ekonomi secara tersendiri diperlukan mengingat karakter nya yang berbeda dengan
permasalahan ekonomi.
Demikian
juga dengan cara melakukan analisis dampaknya yang berbeda. Sebagian isu
non-ekonomi beberapa tahun kemudian mungkin akan reda dan tidak lagi menjadi
masalah yang perlu ditangani. Tetapi sebaliknya dia perlu ditangani secara serius
mengingat efek bola saljunya yang baru timbul beberapa tahun kemudian.
Isu
Politik dan Hukum Berbagai isu dan permasalahan dalam bidang politik, hukum dan
perundang-undangan yang secara minimal perlu diketahui dan dimengerti oleh para
pelaku bisnis di negara kita mencakup hal-hal berikut ini:
(1)
Arah dan stabilitas politik dan keamanan.
(2)
Ancaman terorisme.
(3)
Sistem politik yang dianut kabinet suatu pemerintahan.
(4)
Sikap politik masyarakat yang diarahkan pada industri tertentu seperti yang
diatur oleh undang-undang ketenaga kerjaan dalam peraturan tentang ketentuan
upah minimum, aksi mogok, dan penanganan tuntutan lainnya.
(5)
Kebijakan politik yang dinyatakan dalam kebijakan harga, program pemberian
subsidi, peraturan dan etika permainan dalam berusaha.
(6)
Berbagai sistem perundang-undangan dan peraturan yang ditetapkan oleh lembaga
tinggi negara yang mengatur berbagai aspek kegiatan ekonomi, teknis dan
operasional.
(7)
Kegiatan politik menjelang pemilu, aktivitas partai, pola afiliasi politik .
(8)
Kegiatan dan platform politik dari beberapa partai politik utama dan peran
lembaga swadaya masyarakat.
(9)
Sistem administrasi dan birokrasi yang dijalankan pemerintah pusat dan daerah,
kebijakan otonomi dan desentralisasi daerah.
(10)
Hak azasi manusia dan perlindungan konsumen.
(11)
Kebebasan pers dan hak untuk mengemukakan pendapat
(12)
Pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme
(13)
Demokratisasi Isu non-ekonomi dalam bidang politik dan keamanan di dalam negeri
kita yang sempat mencuat kepermukaan, terutama semenjak negara kita memasuki
era reformasi adalah: Konflik sosial di Ambon dan Aceh; teror ledakan bom;
rebutan pengaruh antar partai politik; kebebasan pers dan media; masalah hak
azasi manusia; keadilan dan masalah KKN;
Sebagian
dari isu tersebut sampai saat ini masih belum terselesaikan dan
terkatung-katung dalam wacana debat publik yang hangat. Berbagai isu dan
peristiwa meletupnya konflik sosial di negara kita banyak terbukti telah
mempengaruhi secara negatif perkembangan perekonomian negara kita. Misalnya,
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun ke tingkat rendah 3-4% pada periode
2002-2004 dipengaruhi oleh tingginya risiko politik di negara kita.
Hal
ini disebabkan antara lain karena belum terselesaikannya permasalahan keamanan
di Maluku dan Aceh. Berikutnya, adalah dampak ledakan bom Bali yang selama
beberapa tahun telah merongrong perkembangan kegiatan pariwisata di Indonesia,
khususnya gerak perekonomian lokal di kawasan pulau Bali dan sekitarnya.
Kelesuan ekonomi dan pengangguran di berbagai wilayah tanah air semakin
meningkat dan belum tertangani sampai saat ini. Kita amati saja bagaimana
kluster industri tekstil dan pakaian, industri sepatu, industri kulit, telah
kehilangan daya saingnya di pasar global akibat meningkatnya biaya produksi
mereka sejak PLN menaikan tarif listriknya dan dipenuhinya tuntutan para
serikat pekerja dalam kenaikan upah. Faktor-nonekonomi dalam banyak hal
ternyata berperan dalam proses erosi penurunan daya saing perusahaan
tradisional indonesia. .
Aspek
Teknologi Daya saing sebagian barang dagangan pengusaha eksportir Indonesia
mulai kehilangan daya saingnya di pasar internasional beberapa tahun sejak
kejadian krisis perekonomian di Indonesia. Agar produk Indonesia yang
berorientasi menyerap lapangan kerja dapat tetap dapat bersaing di pasar
internasional, aspek teknologi harus mulai dilihat dan dipertimbangkan sebagai
solusi untuk meningkatkan kualitas proses bisnis perusahaan dan pada akhirnya
dapat memenangkan persaingan.
Dalam
kaitan ini faktor-faktor dibidang teknologi yang perlu dipelajari dampak dan
pengaruhnya mencakup hal-hal sebagai berikut :
(1)
Kejadian penemuan (innovations) ilmiah
(2)
Adaptasi teknologi yang siap pakai
(3)
Produk-produk baru yang dilempar ke pasar oleh pesaing
(4)
Perkembangan teknologi barang substitusi
(5)
Strategi perkembangan teknologi nasional
(6)
Pengeluaran biaya riset dan pengembangan (R & D) oleh pesaing atau
perusahaan-perusahaan di industri
(7)
Siklus hidup suatu produk (product life cycle)
(8)
Perkembangan teknologi komputer dan informasi
(9)
Terobosan-terobosan yang dapat meningkatkan produktivitas yang lebih baik di
bidang input, pengolahan dan pemasaran
(10)
Berbagai ramalan pengembangan teknologi di masa depan Isu Demografi, Sosial dan
Budaya di Lingkungan Bisnis
Pertimbangan
aspek demografi, sosial dan budaya dalam kajian ALB mencakup seluruh
perkembangan karakteristik demografi penduduk, urbanisasi, migrasi musiman,
perilaku etnis dan adat istiadat, struktur sosial, pola gaya hidup masyarakat
kota, persepsi konsumen, pola pembelian konsumen Indonesia, konflik sosial,
aspek pencemaran lingkungan alam, kelanjutan lingkungan hidup dan masih banyak
faktor lainnya untuk disebutkan satu persatu. Pola gaya hidup konsumen mungkin
akan bervariasi antar wilayah tergantung pada latar belakang kebudayaan etnis,
demografi, agama, pendidikan dan lokasi geografi. Kejadian sosial yang sedang
mengalami perubahan pada saat ini meliputi masuknya cohort baby boom tahun
1950, 1960 dan 1970 di pasar kerja Indonesia. Masuknya mereka ke lapangan kerja
dapat mempengaruhi daya beli, pola pengeluaran dan tuntutan-tuntutan yang
berbeda dari suatu cohort terhadap cohort lainnya. Arus modernisasi yang
kemudian mempengaruhi tingkah laku dan gaya hidup mereka, serta gejala
urbanisasi dan migrasi desa ke kota yang masih berlanjut perlu dipertimbangkan
dengan matang-matang.
Demikian
pula kecenderungan masuknya sejumlah besar tenaga kerja wanita di pabrik-pabrik
maupun di perkantoran yang membawa budaya bekerja yang berbeda menarik untuk
diamati. Modernisasi dan kebebasan pers dan media cetak telah mempengaruhi daya
beli dan pola belanja sehari-hari dari para pekerja pabrik, konsumen kelas
menengah dan kelompok jet set daerah metropolitan.. Pergeseran-pergeseran
komponen kependudukan seperti distribusi menurut umur, distribusi menurut
wilayah, struktur umur, struktur pekerjaan, pola migrasi dan penurunan tingkat
mortalitas dan fertilitas harus diamati secara seksama, terutama pengaruhnya
terhadap segmentasi pasar, daya beli dan tingkah laku pengeluaran atas barang
dan jasa. Saat ini menarik untuk diamati perjalanan cohort baby boom angkatan
1945 dan 1950, yang sudah mulai memasuki masa pensiun dan penurunan
produktivitas.
Faktor
ekonomi terdiri dari sumber daya alam, pekerja, modal, infrastruktur, dan
teknologi. Sedangkan faktor politik terdiri dari stabilitas, ideologi,
kelembagaan politik, dan hubungan politik luar negeri. Faktor budaya mencakup
struktur dan dinamika sosial, perspektif sifat dan karakter manusia, orientasi
ruang dan waktu, agama, etnik, gender dan bahasa. Sedangkan faktor kondisi
demografi terdiri dari tingkat pertumbuhan penduduk, struktur umur, urbanisasi,
migrasi dan status kesehatan.
Perlu
kita pahami bahwa masing-masing bidang ini memiliki karakter perubahan yang
berbeda. Faktor ekonomi diperkirakan akan berubah setiap 1 sampai dengan 3
tahun sekali. Sedangkan faktor teknologi berubah setiap 1 sampai dengan 2 tahun
sekali.
Faktor-faktor
dibawah bendera bidang politik diperkirakan berubah setiap 5 tahun sekali.
Selanjutnya jangka waktu perubahan akan semakin lama untuk perubahan kondisi
demografi (setiap 5 sd 10 tahun sekali) dan aspek budaya dan sosial masyarakat
setiap puluhan tahun sekali. Faktor-faktor non ekonomi ini banyak dijumpai di
bidang politik, demografi dan budaya. Manager perusahaan perlu mengerti
bagaimana masing-masing faktor yang relevan dari masing-masing bidang ini
saling berkaitan satu dengan lainnya, dan sejauh mana mereka memiliki
pengaruhnya pada strategi dan kegiatan operasi perusahaan yang sedang
dijalankan terhadap kegiatan usaha bisnisnya.
Pada
tingkatan kluster industri, manager harus mengerti kondisi persaingan yang
sedang dihadapi oleh perusahaan. Skenario kondisi persaingan ini akan semakin
jelas jika kita menggabungkan berbagai kepentingan (interest) dari berbagai
kelompok kelembagaan (perusahaan MNC, BUMN, kelompok bisnis, perusahaan lokal
SMEs, dan sektor informal) dalam percaturan persaingan usaha.
Dalam
melakukan analisis kluster industri James Austin menggunakan model Five Forces
dari Michael Porter. Beberapa pengamatan terpenting tentang perubahan jangka
menengah di negara berkembang (NSB), yang diperoleh dengan menggunakan analisis
three crircles:
1.
Permintaan konsumen di NSB akan didominasi oleh produk dan jasa yang sifatnya
masal dan berkaitan dengan derived demand akibat peledakan penduduk.
2.
Keunggulan biaya upah buruh akan bergeser dari negara maju ke NCB sehingga akan
mendorong proses mobilitas kapital, teknologi dan proses produksi sarat tenaga
kerja ke NSB.
3.
Kualitas pendidikan akan tetap kurang mendapatkan perhatian mengingat anggaran
yang terbatas.
4.
Pertanian dan kecukupan pangan akan merupakan permasalahan di negara NSB
5.
Barang-barang industri akan meningkat permintaannya, sejalan dengan prioritas
pemerintah pada pembangunan industri
6.
Transfromasi teknologi akan berlanjut dalam beberapa dekade ke depan
7.
Phenomena globalisasi akan berlanjut dan semakin tak terbendung.
8.
Masalah krisis hutang luar negeri akan merupakan permasalahan bagi NSB, dengan
berbagai penyelesaian melalui program penghapusan, konversi, repayments dan
restrukturisasi. Analisis Four in One
Berbeda
dengan metode analisis yang pertama, metode analisis yang dikenal dengan
analisis Four in One ini sangat tepat diaplikasikan untuk mengevaluasi berbagai
permasalahan non ekonomi yang timbul di lingkungan luar perusahaan. Metode ini
dikemukakan oleh David Baron dalam bukunya Business and Its Environment.
Efektivitas suatu perusahaan yang dalam hal ini direfleksikan dengan kemampuan
manager dan sistem internal perusahaan menangani berbagai isu non-pasar sangat
tergantung pada interaksi perusahaan dengan berbagai pelaku diluar perusahaan
(seperti perseorangan, organisasi dan lembaga publik dan masyarakat). Tugas
utama manager adalah memperkirakan sejauh mana perubahan-perubahan isu
non-ekonomi ini benar-benar merupakan semacam ancaman atau sebaliknya dapat
memberikan kesempatan untuk perusahaan. Isu non-pasar pada dasarnya merupakan
suatu permasalahan nonekonomi yang akan mempengaruhi orang, kelompok , atau
organisasi. Isu ini akan menjadi bahan perhatian mereka. Isu non pasar tidak
dapat diinternalisasikan dengan kebijakan perusahaan melalui proses kontrak,
integrasi vertikal atau sistem pertukaran yang saling menguntungan.
Komponen
lingkungan non pasar pada intinya terdiri dari 4 komponen, yang dikenal dengan
4 I’s atau Four in one: Issue (non market), Institutions, Interest dan
Information. Belakangan Baron mengelompokannya menjadi tiga saja dengan
menghilangkan information. Kita sebagai pimpinan perusahaan jika akan menangani
suatu permasalahan isu non-pasar, perlu mengerti benar keterkaitan ke empat aspek
I’s ini. Isu non pasar pada awalnya akan diprofokasi oleh segelintir
orang/organisasi/ lembaga. Kemudian melalui proses porpaganda informasi di
antara mereka yang pro terhadap isu tersebut dapat mengumpulkan para pengikut
baru untuk berpihak pada kepentingan mereka. Dalam hal ini kita diminta untuk
secara jeli melakukan analisis kepentingan politik dari masing-masing aktor
pelaku.
Selanjutnya
kita dapat melakukan pertimbangan sejauh mana isu tersebut perlu ditangani
secara serius. Tentunya motivasi dari para aktor politik yang mengibarkan isu
perlu teridentifikasi dan dipelajari lebih lanjut dampaknya pada aksi yang akan
diperbuat oleh masing-masing aktor. Isu yang benar-benar diperkirakan akan
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan harus segera ditangani melalui
kebijakan non-ekonomi. Misalnya dengan melakukan public hearing, perang
informasi, atau membentuk kesepakatan dengan para aktor yang memprromosikan isu
tersebut. Dalam melakukan proses penyelesaian sengketa kita perlu dibekali
dengan berbagai latar belakang pengatahuan dan taktik dalam opini publik,
public relations, Analisis SWOT Stratejik Management Analisis dampak pengaruh
lingkungan luar terhadap bisnis banyak dijumpai dalam literatur manajemens
stratejik Pendekatan ini mencoba menganalisis pengaruh lingkungan eksternal
dalam dua tahapan kebutuhan. Kebutuhan pertama, analisis tersebut dilakukan
pada saat perusahaan akan memulai proses penyusunan business plan, termasuk
pada saat perusahaan akan melakukan revisi atas rencana bisnis tersebut.
Kebutuhan kedua, analisis dampak lingkungan eksternal yang dilakukan pada saat
pelaksanaan kegiatan perusahaan, misalnya melihat sejauh mana pengaruh
perubahan ingkungan luar terhadap business process atau kinerja perusahaan.
Pada
kedua kebutuhan ini prosedur yang dilakukan hampir sama, yaitu mencakup
kegiatan berikut ini (lihat Diagram di halaman selanjutnya):
1.
Mengidentifikasi sebanyak mungkin berbagai faktor lingkungan luar (biasanya
antara 30 sampai dengan 60 butir pernyataan) tentang kondisi lingkungan
eksternal perusahaan yang diperkirakan dapat mempengaruhi pencapaian visi dan
misi perusahaan.
2.
Lingkungan luar yang dievaluasi terdiri dari faktor-faktor ekonomi dan
nonekonomi pada tingkatan perekonomian internasional dan perekonomian nasional,
masalah politik, hukum dan perundang-undangan, perkembangan teknologi dan
perubahan demografi, sosial dan budaya.
3.
Mengidentifikasi (sekitar 10 sampai dengan 20 butir pernyataan) tentang
faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi persaingan dalam
kluster industri yang dihadapi perusahaan. Untuk membantu proses ini dapat
digunakan model strategic positioning dari Michael Porter, model cluster
analysis, atau model struktur persaingan pasar dalam ilmu ekonomi manajerial.
4.
Setelah terkumpul seluruh butir pernyataan tersebut yang menggambarkan baik
kondisi maupun perubahan faktor lingkungan eksternal perusahaan, kemudian
didiskusikan secara kelompok relevansi dan bobot masing-masing butir
pernyataan. Proses ini diakhiri dengan pemilihan sekitar 10 sampai dengan 20
variabel dominan lingkungan luar, yang diperkirakan akan berperan mempengaruhi
pencapaian visi , misi , strategi, business process dan kinerja perusahaan,
5.
Prosedur selanjutnya adalah melakukan proses identifikasi dari berbagai peluang
dan ancaman hasil ekstrapolasi dari variabel dominan tersebut. Tahapan ini
diakhiri dengan penulisan skenario pemanfaatan peluang dan caracara menangani
berbagai kendala yang teridentifikasi, Penulisan skenario ini berbeda untuk
berbagai tujuan di bawah ini: Dalam proses penyusunan rencana bisnis: Lakukan
analisis SWOT atau matching butir-butir SW dan OT satu persatu untuk mencari
berbagai alternatif strategi perusahaan yang akan dilakukan (strategic
mapping). Proses ini diakhiri dengan memilih satu atau beberapa strategi usaha
untuk merealisasikan visi dan misi perusahaan yang akan dijalankan.
Dalam
menilai pengaruh lingkungan bisnis terhadap business process: Mengkaji lebih
lanjut sejauh mana peluang lingkungan luar yang diperkirakan akan timbul dapat
mempertajam peningkatan kualitas business process perusahaan. Atau sebaliknya
sejauh mana kualitas business process akan terganggu dan menurun kualitasnya
jika potensi ancaman yang menghadang perusahaan dibiarkan begitu saja. Dalam
proses menilai kinerja perusahaan: Melakukan analisis pasar dan perhitungan
dampak finansial perusahaan (sejauh mana kinerja perusahaan dapat ditingkatkan
atau menjadi turun) jika skenario pengaruh faktor lingkungan eksternal dominan
benar-benar diproyeksikan akan terjadi dalam waktu dekat.
Sumber
:
0 komentar:
Posting Komentar