Kewirausahaan
Bisa Dipelajari
Ada orang yang beranggapan bahwa kewirausahaan itu
bakat, bahkan karena keturunan. Hal itu merujuk pada adanya fakta pada etnis
tertentu yang umumnya “berbakat” wirausaha, di mana kemampuannya jauh melampaui
etinis lainnya. Sebenarnya kewirausahaan itu bisa dipelajari oleh siapapun,
kapanpun dan di manapun. Namun pada akhirnya akan tergantung pada
orang-per-orangnya juga.
Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side of
Entreprise, mengemukakan Teori X dan Y. Teori X menyebutkan bahwa pada dasarnya
manusia itu malas, maka harus dipaksa dan dikontrol ketat, supaya pekerjaannya
memenuhi target tertentu. Sedangkan Teori Y menyatakan, bahwa manusia
sebenarnya gemar bekerja, dan bila diberikan motivasi yang tepat dan
tanggung-jawab yang sesuai, pasti akan terdorong untuk berprestasi.
Untuk menjadi seorang wirausahawan yang handal dan
tangguh, kedua teori tersebut sangat mendukung dan bisa diterapkan. Terutama
menyangkut kemalasan, gemar bekerja, motivasi, kontrol, target, tanggung jawab
dan prestasi. Dalam diri seorang calon wirausahawan, faktor kemalasan tentu
saja ada, bahkan pada setiap orang. Dengan demikian langkah pertama untuk
menjadi wirausahawan ialah melenyapkan faktor kemalasan tersebut, lantas
diganti dengan karakter gemar bekerja.
Perubahan karakter dari pemalas menjadi pekerja
keras tentu tidak mudah, menuntut kedisiplinan yang tinggi. Untuk itu
faktor-faktor motivasi, kontrol, target, tanggung jawab dan prestasi harus
disertakan dalam berusaha. Upaya penerapannya dilakukan secara mandiri, tanpa
bantuan dan instruksi dari siapapun. Itulah salah satu keunggulan dari para
wirausawan, yakni berdisiplin untuk berprestasi dengan dorongan yang utama
berasal dari diri sendiri.
Sedangkan Michael Maccoby dalam bukunya The
Gamesman, menyebutkan bahwa salah satu keunggulan wirausahawan dibanding
kelompok lainnya, ialah gemar perubahan dan peningkatan.
Karakter unggul dari wirausahawan sukses bisa
diadopsi, yaitu melalui tahapan perubahan cara berpikir, perubahan sikap dan
perubahan kebiasaan. Hal itu memerlukan proses belajar dan latihan yang
terus-menerus. Untuk berhasil menjadi wirausahawan sukses diperlukan “jam
terbang belajar” yang tinggi, dengan menggunakan “model belajar” kisah sukses
tokoh-tokoh wirausahawan atau pengusaha terkemuka.
Saat ini kewirausahaan sudah dimasukan ke dalam
kurikulum di perguruan tinggi dan SMA/SMK. Sehingga kelak berwirausaha akan
menjadi pilihan utama, tidak seperti saat ini menjadi pegawai, bahkan PNS
menjadi keinginan utama lulusan perguruan tinggi. Persoalannya, materi yang
diajarkan sering terjebak pada teori dan teori, kurang dalam menerapkan praktek
kewirausahaan. Padahal kewirausahaan itu praktek, hanya akan berhasil jika
ditempuh melalui tindakan, aksi yang nyata. Sebagaimana ingin bisa berenang,
yang terpenting ialah bukan mengkaji teorinya secara mendalam, tetapi segera
“nyebur” ke kolam. Mau jadi wirausahawan ? Tidak ada pilihan lain, segera
“nyebur” ke “kolam”, “lautan”, kalau perlu ke “samudera” kewirausahaan.
Filosofi
Bisnis
Bisnis sebuah kata yang enak dan mudah diucapkan,
juga termasuk kata yang sering diungkapkan oleh siapapun. Bisnis berawal dari
kata dalam bahasa Inggris, business (baca 'biznis) yang padanan kata Bahasa
Indonesia-nya pekerjaan; perdagangan; perusahaan; urusan dan perkara. Sementara
kamus online http://www.merriam-webster.com/dictionary/business, setidaknya
menyebutkan 10 pengertian business, antara lain : a usually commercial or
mercantile activity engaged in as a means of livelihood ; personal concern.
Sedangkan sinonim (synonyms) business ialah business, commerce, trade,
industry, traffic.
Dalam konteks kekinian bisnis lebih melekat dalam
kegiatan usaha dan urusan perdagangan atau kegiatan yang bersifat komersil.
Sebagai contoh si A memiliki bisnis, setidaknya dia memiliki sejenis usaha yang
akan memberikan keuntungan finansial. Terkait dalam konteks ini ialah istilah
proyek, jual, beli, permintaan, penawaran, transaksi, deal, transfer, cash,
kredit, dan sebagainya. Bisnis itu bisa berupa jasa atau barang. Bisa dalam
jangka pendek atau panjang. Bisa halal dan legal, halal tidak legal, legal
tidak halal, atau tidak halal dan tidak legal.
Tetapi dalam hal ini, bisnis bukan semata urusan
keuntungan dalam bentuk finansial semata. Dalam bisnis ada prestise,
kemanfaatan, kontribusi, amal, dan pahala. Kalau bisnis hanya mengejar
keuntungan finansial semata, terlalu sederhana. Begitu naif. Nilai filosofi
bisnis begitu luas, karena pengertian bisnia juga meliputi urusan dan perkara.
Setiap hari kita memiliki banyak urusan, bisa dengan sesama manusia, begitu
juga dengan Allah SWT, Tuhan yang menciptakan alam semesta, termasuk segenap
manusia. Semua manusia berususan dengan penciptanya. Dengan kata lain bisnis
juga terjadi antara manusia dan penciptanya. Allah SWT akan memberikan nilai
tertentu bagi setiap langkah fisik, hati dan pikir yang dijalankan setiap
manusia.
Dengan demikian, meskipun bisnis dalam pengertian
sempit berarti usaha atau dagang, yang tujuannya mencari keuntungan. Maka
keuntungan harus bersifat idealis, bukan komersialis semata. Kita berbisnis
dengan Bismillah, dengan fokus mencarai ridlo dan pahala Allah SWT. Sedangkan
keuntungan finansial sifatnya relatif, dan itu merupakan bagian dari rejeki
yang telah disiapkanNya untuk kita jemput.
Bisnis
Bukan Teori
Di sebuah kelas perkuliahan, seorang dosen dengan
semangat mengungkap seleku-beluk dan abcd kewirausahaan. Kewirausahaan adalah
....., dan sebagainya, mengurai teori yang bersumber dari sebuah buku 10 bab,
yang berisi seluk-beluk menjadi pengusaha atau pebisnis. Benarkah bisnis bisa
di-teori-kan, sehingga muncul kajian-kajian Pengantar Bisnis, Manajemen Bisnis,
dan sebagainya. Sebenarnya syah-syah saja, sebagaimana hal-hal yang bersifat
keteknikan dibuat teorinya, misalnya Teori Hortikultuta atau Teori
Telekomunikasi. Namun seringkali seseorang terjebak dalam rimba teori,
keasyikan, sehingga lupa bahwa teori itu hanya sekedar wawasan atau
"peta" sebagai panduan perjalanan lebih lanjut.
Mahasiswa terjebak dalam se-jibun teori, ach
menyesakkan. Di kepala-nya ada setumpuk teori, puluhan jenis ilmu. Makin tinggi
strata kuliah, S2, S3, maka teori pun makin banyak dijejalkan. Teori memang
amat penting, terutama sebagai dokumen ilmu. Sulit dibayangkan jika teori atau
ilmu tidak didokumenkan, maka akan terjadi kepunahan bidang-bidang tertentu.
Jika tidak ada teori mesin atau otomotif, maka dunia prakteknya akan kehilangan
generasi berikutnya, bisa stagnan karena tidak ada yang namanya pengembangan
atau kajian.
Tetapi kalau hanya berkonsentrasi di teori, bangsa
ini kapan majunya. Yang lebih dibutuhkan justru praktek atau aplikasi di
lapangan. Bencana kelaparan tidak akan tuntas oleh Teori Kemiskinan, Seminar
Kemelaratan atau se-abreg ilmu sosial lainnya. Kelaparan harus di atasi dengen
pemenuhan kebutuhan pangan, bukan dengan teori Agronomi atau Agroindustri,
tetapi dengan prakteknya.
Begitu pula dengan makin menumpuknya jumlah
pengangguran, perlu di atasi secara taktis operasional, bukan dengan teori
konseptual. Praktek, praktek dan praktek. Dalam hal ini, kita perlu mencontoh
apa yang dilakukan Fakultas Kedokteran, di mana praktek menjadi dominasi.
Karena dokter ya harus praktek, bukan sekedar ber-teori. Sebenarnya bidang kewirausahaan,
bisnis atau apapun namanya, ya harus seperti. Mengutamakan praktek, praktek dan
praktek. Karena bisnis memang bukan teori.
Bisnis
Bukan Sekedar Cari Uang
Bisnis memang bertujuan mencari untung, ada lebih
dari modal yang kita tanam, ada ongkos lelah. Tetapi kalau sekedar untung yang
dicari, cape dehhh ! Ya, akan menjadi cape, lelah yang luar biasa, jika hanya
keuntungan yang dikejar. Ibarat bermain sepak bola, kalau hanya mengejar-ngejar
terjadinya gol begitu melalahkan. Memang tujuan harus tercapai, tetapi yang
tidak kalah pentingnya ialah prosesnya harus dinikmati. Bisnis adalah sebuah
proses, ada tahapan yang harus dilalui. Bisnis adalah dinamika, terjadi
dinamisasi situasi, ada perubahan dan pergerakan.
Sebagaimana sepak bola bisnis juga merupakan
“permainan”, ada aturan main, ada trik, ada stretagi, ada peluang, ada
hambatan, semuanya menjadikan pertandingan semakin dinamis. Masuk ke ranah
bisnis, berarti siap bermain secara elegan dan sportif, siap menang dan kalah,
siap untung dan rugi, bahkan siap bangkrut. Bisnis juga meripakan seni dengan
beragam nilai dan kriteria. Bisnis yang sukses berarti mencapai untung yang
optimal, sekaligus berhasil mengambangkan pribadi pelakunya. Bisnis adalah
ajang pengembangan potensi diri, momen untuk membangkitkan beragam karakter
positif yang dimiliki. Setiap orang pada dasarnya memiliki beberapa karakter
unggul, ada yang muncul, ada yang terpendam, bahkan selamanya terpendam. Nah,
dengan menekuni bisnis, maka beragam karakter positif itu akan terpancing, keluar
dan terasah, sehingga mewarnai pribadi pelaku bisnis.
Bisnis adalah peluang dan tantangan, ancaman dan
hambatan. Dinamika bisnis tergantung seberapa fokus dan konsen dari pelakunya.
Kalau dijalani secara total, maka bisnis menjadi makin dinamis dengan
kontribusi optimal untuk pelakunya. Bisnis juga merupakan pertarungan,
pertarungan fisikal, mental, intelektual, spiritual, manajerial, sosial dan
finansial. Kenyataannya proses bisnis melibatkan beragam aspek dalam kehidupan
pelakunya.
Secara fisikal, bisnis memeras tenaga, dan memang
harus dikerjakan dengan melibatkan organ tubuh. Secara mental, bisnis akan
menghadirkan suasana kejiwaan tertentu, tergantung respon pelakunya, apakah
menjadi “kenikmatan” tersendiri, atau sebaliknya menjadi “tekanan” atau
“gangguan” tersendiri. Secara intelektual, bisnis memang perlu dipikirkan
secara matang. Bisnis adalah olah pikiran, aktivitas intelektual untuk
pencapaian nilai tertentu.
Bisnis juga merupakan proses spiritual, karena
bisnis tidak identik dengan matematika, banyak ketidak-pastian. Pelaku bisnis
dengan kondisi spiritual yang baik akan mudah mengendalikan bisnis dengan
berbagai dinamikanya. Pelaku bisnis dengan kondisi spiritual yang kurang baik,
menjadi mudah terguncang, stres dan depresi jika proses bisnis mengalami
tekanan, hambatan dan ancaman. Bisnis juga merupapakn proses sosial.
Kesuksesan bisnis sangat dipengaruhi oleh kualitas
dan kuantitas jaringan sosial yang dimiliki. Terakhir, bisnis tentu saja
merupakan proses finansial. Bagaimanapun harus ada nilai tambah atau untung
dari proses bisnis.
Begitu menarik dunia bisnis, sehingga makin banyak
orang yang tergiur dan terangsang untuk menekuninya. Ada yang sekedar
coba-coba, ikut-ikutan, bahkan ada yang hanya jadi pengamat dan penonton. Bagi
yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi (di atas 10.000 jam) dalam menekuni
bisnis, tentu saja ada kepuasan tersendiri. Ada semacam perasaan mantap,
nyaman, jika sedang “terlarut” dalam proses bisnis. Dengan adanya kemajuan
teknologi informasi, maka rimba bisnis menjadi semakin menarik.
0 komentar:
Posting Komentar