Pages

Minggu, 07 Juli 2013

Materi 13 Kewirausahaan

Kewirausahaan Bisa Dipelajari
Oleh : Atep Afia Hidayat (Pengajar Kewirausahaan Di Universitas Mercu Buana, Jakarta)

Ada orang yang beranggapan bahwa kewirausahaan itu bakat, bahkan karena keturunan. Hal itu merujuk pada adanya fakta pada etnis tertentu yang umumnya “berbakat” wirausaha, di mana kemampuannya jauh melampaui etinis lainnya. Sebenarnya kewirausahaan itu bisa dipelajari oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Namun pada akhirnya akan tergantung pada orang-per-orangnya juga.
Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side of Entreprise, mengemukakan Teori X dan Y. Teori X menyebutkan bahwa pada dasarnya manusia itu malas, maka harus dipaksa dan dikontrol ketat, supaya pekerjaannya memenuhi target tertentu. Sedangkan Teori Y menyatakan, bahwa manusia sebenarnya gemar bekerja, dan bila diberikan motivasi yang tepat dan tanggung-jawab yang sesuai, pasti akan terdorong untuk berprestasi.
Untuk menjadi seorang wirausahawan yang handal dan tangguh, kedua teori tersebut sangat mendukung dan bisa diterapkan. Terutama menyangkut kemalasan, gemar bekerja, motivasi, kontrol, target, tanggung jawab dan prestasi. Dalam diri seorang calon wirausahawan, faktor kemalasan tentu saja ada, bahkan pada setiap orang. Dengan demikian langkah pertama untuk menjadi wirausahawan ialah melenyapkan faktor kemalasan tersebut, lantas diganti dengan karakter gemar bekerja.
Perubahan karakter dari pemalas menjadi pekerja keras tentu tidak mudah, menuntut kedisiplinan yang tinggi. Untuk itu faktor-faktor motivasi, kontrol, target, tanggung jawab dan prestasi harus disertakan dalam berusaha. Upaya penerapannya dilakukan secara mandiri, tanpa bantuan dan instruksi dari siapapun. Itulah salah satu keunggulan dari para wirausawan, yakni berdisiplin untuk berprestasi dengan dorongan yang utama berasal dari diri sendiri.
Sedangkan Michael Maccoby dalam bukunya The Gamesman, menyebutkan bahwa salah satu keunggulan wirausahawan dibanding kelompok lainnya, ialah gemar perubahan dan peningkatan.
Karakter unggul dari wirausahawan sukses bisa diadopsi, yaitu melalui tahapan perubahan cara berpikir, perubahan sikap dan perubahan kebiasaan. Hal itu memerlukan proses belajar dan latihan yang terus-menerus. Untuk berhasil menjadi wirausahawan sukses diperlukan “jam terbang belajar” yang tinggi, dengan menggunakan “model belajar” kisah sukses tokoh-tokoh wirausahawan atau pengusaha terkemuka.
Saat ini kewirausahaan sudah dimasukan ke dalam kurikulum di perguruan tinggi dan SMA/SMK. Sehingga kelak berwirausaha akan menjadi pilihan utama, tidak seperti saat ini menjadi pegawai, bahkan PNS menjadi keinginan utama lulusan perguruan tinggi. Persoalannya, materi yang diajarkan sering terjebak pada teori dan teori, kurang dalam menerapkan praktek kewirausahaan. Padahal kewirausahaan itu praktek, hanya akan berhasil jika ditempuh melalui tindakan, aksi yang nyata. Sebagaimana ingin bisa berenang, yang terpenting ialah bukan mengkaji teorinya secara mendalam, tetapi segera “nyebur” ke kolam. Mau jadi wirausahawan ? Tidak ada pilihan lain, segera “nyebur” ke “kolam”, “lautan”, kalau perlu ke “samudera” kewirausahaan.

Filosofi Bisnis
Bisnis sebuah kata yang enak dan mudah diucapkan, juga termasuk kata yang sering diungkapkan oleh siapapun. Bisnis berawal dari kata dalam bahasa Inggris, business (baca 'biznis) yang padanan kata Bahasa Indonesia-nya pekerjaan; perdagangan; perusahaan; urusan dan perkara. Sementara kamus online http://www.merriam-webster.com/dictionary/business, setidaknya menyebutkan 10 pengertian business, antara lain : a usually commercial or mercantile activity engaged in as a means of livelihood ; personal concern. Sedangkan sinonim (synonyms) business ialah business, commerce, trade, industry, traffic.
Dalam konteks kekinian bisnis lebih melekat dalam kegiatan usaha dan urusan perdagangan atau kegiatan yang bersifat komersil. Sebagai contoh si A memiliki bisnis, setidaknya dia memiliki sejenis usaha yang akan memberikan keuntungan finansial. Terkait dalam konteks ini ialah istilah proyek, jual, beli, permintaan, penawaran, transaksi, deal, transfer, cash, kredit, dan sebagainya. Bisnis itu bisa berupa jasa atau barang. Bisa dalam jangka pendek atau panjang. Bisa halal dan legal, halal tidak legal, legal tidak halal, atau tidak halal dan tidak legal.
Tetapi dalam hal ini, bisnis bukan semata urusan keuntungan dalam bentuk finansial semata. Dalam bisnis ada prestise, kemanfaatan, kontribusi, amal, dan pahala. Kalau bisnis hanya mengejar keuntungan finansial semata, terlalu sederhana. Begitu naif. Nilai filosofi bisnis begitu luas, karena pengertian bisnia juga meliputi urusan dan perkara. Setiap hari kita memiliki banyak urusan, bisa dengan sesama manusia, begitu juga dengan Allah SWT, Tuhan yang menciptakan alam semesta, termasuk segenap manusia. Semua manusia berususan dengan penciptanya. Dengan kata lain bisnis juga terjadi antara manusia dan penciptanya. Allah SWT akan memberikan nilai tertentu bagi setiap langkah fisik, hati dan pikir yang dijalankan setiap manusia.
Dengan demikian, meskipun bisnis dalam pengertian sempit berarti usaha atau dagang, yang tujuannya mencari keuntungan. Maka keuntungan harus bersifat idealis, bukan komersialis semata. Kita berbisnis dengan Bismillah, dengan fokus mencarai ridlo dan pahala Allah SWT. Sedangkan keuntungan finansial sifatnya relatif, dan itu merupakan bagian dari rejeki yang telah disiapkanNya untuk kita jemput.

Bisnis Bukan Teori
Di sebuah kelas perkuliahan, seorang dosen dengan semangat mengungkap seleku-beluk dan abcd kewirausahaan. Kewirausahaan adalah ....., dan sebagainya, mengurai teori yang bersumber dari sebuah buku 10 bab, yang berisi seluk-beluk menjadi pengusaha atau pebisnis. Benarkah bisnis bisa di-teori-kan, sehingga muncul kajian-kajian Pengantar Bisnis, Manajemen Bisnis, dan sebagainya. Sebenarnya syah-syah saja, sebagaimana hal-hal yang bersifat keteknikan dibuat teorinya, misalnya Teori Hortikultuta atau Teori Telekomunikasi. Namun seringkali seseorang terjebak dalam rimba teori, keasyikan, sehingga lupa bahwa teori itu hanya sekedar wawasan atau "peta" sebagai panduan perjalanan lebih lanjut.

Mahasiswa terjebak dalam se-jibun teori, ach menyesakkan. Di kepala-nya ada setumpuk teori, puluhan jenis ilmu. Makin tinggi strata kuliah, S2, S3, maka teori pun makin banyak dijejalkan. Teori memang amat penting, terutama sebagai dokumen ilmu. Sulit dibayangkan jika teori atau ilmu tidak didokumenkan, maka akan terjadi kepunahan bidang-bidang tertentu. Jika tidak ada teori mesin atau otomotif, maka dunia prakteknya akan kehilangan generasi berikutnya, bisa stagnan karena tidak ada yang namanya pengembangan atau kajian.
Tetapi kalau hanya berkonsentrasi di teori, bangsa ini kapan majunya. Yang lebih dibutuhkan justru praktek atau aplikasi di lapangan. Bencana kelaparan tidak akan tuntas oleh Teori Kemiskinan, Seminar Kemelaratan atau se-abreg ilmu sosial lainnya. Kelaparan harus di atasi dengen pemenuhan kebutuhan pangan, bukan dengan teori Agronomi atau Agroindustri, tetapi dengan prakteknya.
Begitu pula dengan makin menumpuknya jumlah pengangguran, perlu di atasi secara taktis operasional, bukan dengan teori konseptual. Praktek, praktek dan praktek. Dalam hal ini, kita perlu mencontoh apa yang dilakukan Fakultas Kedokteran, di mana praktek menjadi dominasi. Karena dokter ya harus praktek, bukan sekedar ber-teori. Sebenarnya bidang kewirausahaan, bisnis atau apapun namanya, ya harus seperti. Mengutamakan praktek, praktek dan praktek. Karena bisnis memang bukan teori. 
 
Bisnis Bukan Sekedar Cari Uang
Bisnis memang bertujuan mencari untung, ada lebih dari modal yang kita tanam, ada ongkos lelah. Tetapi kalau sekedar untung yang dicari, cape dehhh ! Ya, akan menjadi cape, lelah yang luar biasa, jika hanya keuntungan yang dikejar. Ibarat bermain sepak bola, kalau hanya mengejar-ngejar terjadinya gol begitu melalahkan. Memang tujuan harus tercapai, tetapi yang tidak kalah pentingnya ialah prosesnya harus dinikmati. Bisnis adalah sebuah proses, ada tahapan yang harus dilalui. Bisnis adalah dinamika, terjadi dinamisasi situasi, ada perubahan dan pergerakan.

Sebagaimana sepak bola bisnis juga merupakan “permainan”, ada aturan main, ada trik, ada stretagi, ada peluang, ada hambatan, semuanya menjadikan pertandingan semakin dinamis. Masuk ke ranah bisnis, berarti siap bermain secara elegan dan sportif, siap menang dan kalah, siap untung dan rugi, bahkan siap bangkrut. Bisnis juga meripakan seni dengan beragam nilai dan kriteria. Bisnis yang sukses berarti mencapai untung yang optimal, sekaligus berhasil mengambangkan pribadi pelakunya. Bisnis adalah ajang pengembangan potensi diri, momen untuk membangkitkan beragam karakter positif yang dimiliki. Setiap orang pada dasarnya memiliki beberapa karakter unggul, ada yang muncul, ada yang terpendam, bahkan selamanya terpendam. Nah, dengan menekuni bisnis, maka beragam karakter positif itu akan terpancing, keluar dan terasah, sehingga mewarnai pribadi pelaku bisnis.
Bisnis adalah peluang dan tantangan, ancaman dan hambatan. Dinamika bisnis tergantung seberapa fokus dan konsen dari pelakunya. Kalau dijalani secara total, maka bisnis menjadi makin dinamis dengan kontribusi optimal untuk pelakunya. Bisnis juga merupakan pertarungan, pertarungan fisikal, mental, intelektual, spiritual, manajerial, sosial dan finansial. Kenyataannya proses bisnis melibatkan beragam aspek dalam kehidupan pelakunya.
Secara fisikal, bisnis memeras tenaga, dan memang harus dikerjakan dengan melibatkan organ tubuh. Secara mental, bisnis akan menghadirkan suasana kejiwaan tertentu, tergantung respon pelakunya, apakah menjadi “kenikmatan” tersendiri, atau sebaliknya menjadi “tekanan” atau “gangguan” tersendiri. Secara intelektual, bisnis memang perlu dipikirkan secara matang. Bisnis adalah olah pikiran, aktivitas intelektual untuk pencapaian nilai tertentu.
Bisnis juga merupakan proses spiritual, karena bisnis tidak identik dengan matematika, banyak ketidak-pastian. Pelaku bisnis dengan kondisi spiritual yang baik akan mudah mengendalikan bisnis dengan berbagai dinamikanya. Pelaku bisnis dengan kondisi spiritual yang kurang baik, menjadi mudah terguncang, stres dan depresi jika proses bisnis mengalami tekanan, hambatan dan ancaman. Bisnis juga merupapakn proses sosial.
Kesuksesan bisnis sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas jaringan sosial yang dimiliki. Terakhir, bisnis tentu saja merupakan proses finansial. Bagaimanapun harus ada nilai tambah atau untung dari proses bisnis.

Begitu menarik dunia bisnis, sehingga makin banyak orang yang tergiur dan terangsang untuk menekuninya. Ada yang sekedar coba-coba, ikut-ikutan, bahkan ada yang hanya jadi pengamat dan penonton. Bagi yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi (di atas 10.000 jam) dalam menekuni bisnis, tentu saja ada kepuasan tersendiri. Ada semacam perasaan mantap, nyaman, jika sedang “terlarut” dalam proses bisnis. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi, maka rimba bisnis menjadi semakin menarik. 

0 komentar:

Posting Komentar